Penawaran saham perdana atau initial public offering /IPO PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) kemarin berakhir dengan kabar kurang menggembirakan. Harga saham perusahaan berkode MTEL tersebut turun di awal perdagangan sahamnya pada Senin (22/11/2021). Saham Mitratel yang sedianya dijual Rp 800 per lembar, malah melorot jadi Rp 765 per lembar.
Pada perdagangan kemarin, berdasarkan RTI, emiten berkode MTEL ini malah anjlok 4,3 persen di level Rp 765 per saham. Padahal, biasanya pada awal awal IPO, harga emiten biasanya mengalami kenaikan bahkan menyentuh Auto Reject Atas (ARA). Menurut Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Roger M.M, dari psikologi market, investor memiliki ekspektasi ARA di beberapa saham yang baru IPO termasuk MTEL.
“Melihat pergerakan saham MTEL pada hari perdana mereka, terlihat suplai lebih kuat di banding demand. Maklum IPO MTEL menyerap dana (besar) sekitar Rp 18 triliun,” kata Roger kepada Kompas.com, Selasa (23/11/2021). Roger mengungkapkan, penurunan harga saham MTEL saat hari pertama IPO, terjadi karena ekspektasi investor yang berharap harga sahamnya akan naik setelah listing. “Ketika harga yang menyentuh di bawah harga IPO, makin membuat investor melepas saham mereka,” tambah dia.
Roger menilai, secara rasio memang beberapa analis menilai MTEL lebih premium dibanding emiten sejenis seperti TBIG dan TOWR. Salah satu nilai plus dari bisnis menara adalah margin yang cukup besar, dan net profit margin MTEL bisa di atas 20 persen. Menurut Roger, MTEL merupakan salah saham emiten bisnis menara telekomunikasi yang cocok untuk dikoleksi jangka panjang.
Sehingga penurunan harga saham MTEL bisa menjadi peluang untuk investasi jangka panjang. “MTEL dan umumnya sektor menara telekomunikasi cocok untuk longterm investment sehingga penurunan harga MTEL juga merupakan peluang bagi investor yang cenderung berinvestasi dalam jangka panjang,” tegas dia. Sebagai informasi, MTEL melepas sebanyak 22,9 miliar saham atau setara dengan 27,63 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum dengan nominal Rp 228 per saham.
Dari IPO ini, perseroan berpeluang menghimpun dana sebesar Rp 18,34 triliun.